MENGANALISIS PERBEDAAN PASAR TRADISIONAL DAN MODERN
Para pedagang kecil di pasar tradisional kita mulai merasa makin tergusur dengan kehadiran supermarket-supermarket besar yang notabene menjual produk yang sama dengan mereka. Para pedagang ini menuntut pemerintah agar lebih memperhatikan nasib pedangang-pedagang dengan modal pas-pasan seperti mereka. Bahkan ada beberapa LSM yang meminta pemerintah melarang masuknya ”pedagang-pedagang besar kelas dunia” ke Indonesia, mengikuti jejak Carrefour, Hypermart, Giant dan sejenisnya. Karena ”pedagang-pedagang besar” mata pencaharian mereka. coba kita analisa sejenak.
Memang kondisi pedagang-pedagang kecil sekarang makin susah. Banyak pasar-pasar tradisional tempat mereka berjualan tergusur. Tak jarang mereka sampai harus melarikan diri kesana-kemari, atau bahkan melawan aparat pamong praja yang berusaha menggusur mereka. Makna menggusur jadi diperhalus dengan istilah . Dengan alasan, mereka sudah diberi tempat lain untuk menjual dagangannya.
Tapi kebanyakan pedagang itu menolak untuk pindah ke tempat baru yang diberikan kepada mereka, karena mereka merasa tempat itu kurang strategis untuk berjualan. Banyak pembeli yang enggan untuk belanja kesana dengan berbagai alasan, biasanya karena tempat berjualannya kurang strategis. Sementara itu, ”pedagang-pedagang bermodal besar” itu mendapat tempat yang strategis di pusat kota, tempat mal-mal megah berdiri.
Kalau berbelanja di pasar tradisional, yang pasti harus pintar tawar-menawar maka orang yang senang tawar-menawar sebelum berbelanja, pasti akan memilih pasar tradisional. Dengan alasan bahwa pasar modern sudah kehilangan ”jiwa” nya karena tidak ada proses tawar menawar. Tapi bagi orang yang kurang ahli dalam hal seperti itu, termasuk aku, harus hati-hati. Karena kalau tidak pintar menawar, maka harga jual yang diperoleh bisa lebih tinggi dari harga rata-rata.
Kemudian, kalau belanja di pasar tradisional, harus mempersiapkan alas kaki yang tepat. Jangan sembarang pakai sandal jepit, karena kalau alasnya licin, kita bisa tergelincir ketika melewati daerah becek yang dipenuhi air berbau got. Biasanya berasal dari pencucian ikan atau daging atau bahkan seafood. Lebih baik kalau pakai sepatu bot karet setinggi lutut, jadi akan aman dari percikan-percikan lumpur ini. Bagi mereka yang tidak suka pakai sepatu bot, bersiap-siaplah karena kaki akan dipenuhi cipratan lumpur bau dan terasa gatal
Hal yang lain adalah bersiap-siaplah menahan napas ketika melewati tumpukan sampah bau yang dikerubungi lalat hijau yang besar. Sampah-sampah ini biasanya adalah dagangan yang sudah tidak bagus kondisinya alias sudah busuk. Karena sudah tidak bisa dijual lagi, mau tidak mau ya harus dibuang. Dibuangnya juga di sembarangan tempat. Yang penting posisinya jauh dari lokasi berjualannya. Tidak perduli kalau tumpukan sampah itu akan mengeluarkan bau busuk dan memancing lalat hijau besar itu membawa serta gerombolannya. Sehabis mengerumuni sampah, lalat-lalat itu akan terbang lagi ke tumpukan ikan, udang, sayur, atau bahkan penganan-penganan kecil yang dijual pedagang-pedagang makanan di pasar.
Berbeda dengan pasar modern. Disana tidak ada lumpur yang berbau busuk dan membuat kaki jadi gatal. Tidak ada tumpukan sampah berbau busuk yang dikerubungi lalat-lalat hujau besar, sehingga secara otomatis dagangan yang dijual pun akan lebih higienis. Dan di pasar modern, hampir tidak ada copet. Ibu-ibu bisa memilih belanjaan dengan tenang, tanpa harus takut ada yang sedang mengincar-incar dompetnya.
Mungkin, pasar tradisional belum mampu meniru semua kenyamanan yang ditawarkan oleh pasar modern, seperti AC dan penerangan yang sangat memadai. Tapi pasar tradisional masih bisa meniru kebersihan tempat belanja yang ditawarkan oleh pasar modern. Jangan membuang sampah dagangan dengan sembarangan sampai berbau busuk. Jangan membuang air cucian sembarangan sampai menggenang dan jadi lumpur. Jangan menipu pembeli dengan memberikan harga yang terlalu mahal. Dan pengaturan lokasi pedagang di pasar tradisional harusnya diatur sedemikian rupa, sehingga pembeli belanja dalam suasana yang lega dan tempat berjalan yang longgar. Karena biasanya copet beraksi di tengah-tengah kerumunan orang berbelanja yang sedang berdesak-desakan di antara pedagang yang letaknya tak beraturan.
Sudah ada contoh pasar yang terjaga kebersihannya. Tapi masih banyak yang belum juga melaksanakannya. Jadi, jangan hanya bisa menyalahkan keberadaan pasar modern saja. Modernisasi tidak bisa dicegah apalagi dihalangi. Kalau pasar tradisional tidak segera berbenah diri, maka sudah pasti mereka akan semakin tergusur dan kehilangan pelanggannya. Karena sekarang saja, banyak pedagang tradisional yang mengeluhkan berkurangnya pendapatan mereka, karena jumlah pembeli sudah semakin sedikit.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar